Sejarah Peradaban Islam 3

by 1/01/2013 09:12:00 AM 0 komentar


BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting saat kita akan membangun masa depan. Sekaitan dengan itu kita bisa tahu apa dan bagaimana perkembangan islam pada masa lampau.
Perkembangan Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat adalah merupakan Agam Islam pada zaman keemasan, hal itu bisa terlihat bagaimana kemurnian Islam itu sendiri dengan adanya pelaku dan faktor utamanya yaitu Rasulullah SAW. Kemudian pada zaman selanjutnya yaitu zaman para sahabat, terkhusus pada zaman Khalifah empat atau yang lebih terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin, Islam berkembang dengan pesat dimana hampir 2/3 bumi yang kita huni ini hampir dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam mempertahankan dan juga dalam menyebarkan islam sebagai agama Tauhid yang diridhoi. Perkembangan islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat bahwa islam pada zaman Nabi Muhammad dan Khulafaur Rasyidin merupakan islam yang luar biasa pengaruhnya.




II. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana kondisi bangsa Arab menjelang kelahiran Nabi Muhammad Saw?
  2. Bagaimana cara nabi menyebarkan agama Islam di Mekah?
  3. Bagaimana cara nabi memperluas agama islam di Madinah?
  4. Apa perbedaan penyebaran agama Islam di Mekah dengan di Madinah?







BAB II
PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN  ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

Kondisi bangsa arab sebelum kedatangan islam, terutama di sekitar mekah masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai tuhan. Yang di kenal dengan istilah paganisme.
Demikianlah keadaan bangsa arab menjelang kelahiran nabi muhammad saw yang membawa agama islam di tengah-tengah bangsa Arab. Masa itu biasa disebut dengan zaman Jahiliyah, yaitu masa kegelapan dan masa kebodohan dalam hal agama. Di lingkungan inilah Nabi muhammad di lahirkan, disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama islam, dilingkungan yang sudah bobrok dan penuh kemaksiatan. Meskipun diwarnai dengan berbagai rintangan yang terus mendera, namun beliau tetap teguh dalam menyebarkan agama baru, yakni agama islam kepada masyarakat Arab ketika itu.
Nabi Muhammad lahir pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal atau 20 April 571 M. Pada tahun gajah.[1] Dinamakan  tahun gajah karena pada waktu kelahiran beliau ada seorang gubernur dari kerajaan Nasrani Abu Sinia yang memerintah di Yaman bermaksud menghancurkan Ka’bah dengan bala tentaranya yang menunggangi gajah. Belum tercapai tujuan tentara tersebut Allah telah menghancurkan mereka dengan mengirimkan burung Ababil. Oleh karena pasukan itu menggunakan Gajah maka tahun tersebut dinamakan tahun Gajah.
Nabi muhammad Saw menerima wahyu yang pertama surat al-Alaq ayat 1-5 di gua hira pada tanggal 17 Ramadhan tahun 610 M.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ


Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

 Setelah itu di susul dengan wahyu berikutnya yaitu surat al-Mudatsir ayat 1-7.
$pkšr'¯»tƒ ãÏoO£ßJø9$# ÇÊÈ óOè% öÉRr'sù ÇËÈ y7­/uur ÷ŽÉi9s3sù ÇÌÈ y7t/$uÏOur öÎdgsÜsù ÇÍÈ tô_9$#ur öàf÷d$$sù ÇÎÈ Ÿwur `ãYôJs? çŽÏYõ3tGó¡n@ ÇÏÈ šÎh/tÏ9ur ÷ŽÉ9ô¹$$sù ÇÐÈ
Artinya:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.  Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.

 Wahyu tersebut secara formal menandakan bahwa muhammad resmi di angkat sebagai Rasullullah Saw pada umur 40 th. Langkah awal yang di lakukan nabi dalam menyebarkan agama Islam adalah mengajak keluarganya terlebih dahulu. Sehingga kita ketahui kaum keluarganya yang mula-mula masuk islam adalah isterinya sendiri yaitu Khadijah, kemudin di ikuti oleh sepupu rasullullah Saw, yang masih kanak-kanak yaitu Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haritsah, seorang pembantu rumah tangganya yang kemudian di angkat menjadi anaknya. Setelah itu rasullullah Saw, mengajak para sahabatnya. Beliau mengarahkan ajakan dakwahnya kepada para sahabatnya dari kalangan Quraisy yang berpengaruh di masyarakat, sebagai upaya untukmemperkokoh dakwah Rasullullah Saw.

Diantara mereka adalah Abu Bakar, sahabat yang dikenal nabi luar maupun dalam. Setelah menyatakan beriman dan mendukung da’wah nabi, Abu Bakar secara diam-diam mengajak kaum Quraisy untuk memeluk agama islam,  diantaranya adalah  para pemuda Quraisy seperti Usman bin Affan, Zubeir bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Thallah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jaroh, Arqam bin Abil arqam dan beberapa orang lainnya. Mereka inilah yang dalam sejarah di kenal sebagai orang yang mula-mula masuk islam atau Al-Sabiqun al Awwalu dan telah di beri jaminan surga oleh nabi.[2]
Inti dari penyebaran agama islam yang di lakukan oleh Rasulullah Saw adalah menyempurnakan Aqidah, Syariat dan Akhlak umat yanng telah rusak. Dalam penyebaran agama islam pada masa rasulullah itupun melelui 2 frase, yaitu Frase Mekah Dan Frase Madinah.

A. Fase Mekah
Setiap periode memiliki tahapan-tahapan sendiri, dengan kekhususannya masing-masing. Yang satu berbeda dengan yang lain. Hal ini tampak jelas setelah meneliti berbagai unsur yang menyertai dakwah itu selama dua periode secara mendetail.
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah islam di lingkungan keluarganya, kemudian sahabatnya.
Kemudian setelah turun ayat 94 surah Al-Hijr, Nabi Muhammad saw mulai berdakwah secara terang-terangan.
÷íyô¹$$sù $yJÎ/ ãtB÷sè? óÚ̍ôãr&ur Ç`tã tûüÏ.ÎŽô³ßJø9$# ÇÒÍÈ
Artinya:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidak mudah karena mendapat tantangan dari kaum Quraisy. Hal tersebut timbul karena beberapa factor, yaitu sebagai berikut:[3]
  1. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada seruan Nabi Muhammad berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
  2. Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dengan hamba sahaya.
  3. Para pemimpin Quraisy tidak mau percara ataupun mengkui serta tidak menerima ajaran tentang kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat.
  4. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa arab, sehingga sangat berat bagi mereka untuk meninggalkan agama nenek muyang dan mengikuti agama islam.
  5. Pemahat dan penjual patung memandang islam sebagai penghalang rezeki.
Banyak cara dan upaya yang di tempuh para pemimpin Quraisy untuk mencegah dakwah Nabi Muhammad Saw, namun selalu gagal. Baik dengan tindakan-tindakan kekerasan maupun dengan bujuk rayu. Puncak dari segala cara itu adalah dengan diberlakukannya pemboikotan terhadap Bani Hasyim yang merupakan tempat Nabi Muhammad berlindung. Dan pemboikotan itupun berlangsung selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang sangat melemahkan umat islam pada saat itu. Pemboikotan itu baru berhenti setelah kaum Quraisy menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangat keterlaluan.
Tekanan dari orang-orang kafir semangkin keras terhadap gerakan dakwah Nabi Muhammad Saw, terlebih setelah meninggalnya dua orang yang selalu melindungi dan menyokong Nabi Muhammad dari orang-orang kafir, yaitu paman beliau  Abu Thalib, dan isteri tercinta Beliau, Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke sepuluh kenabian Beliau. Tahun ini dinamakan tahun kesedihan bagi Nabi Muhammad Saw sehingga dinamakan Amul Khuzn.
Dan pada akhirnya Nabi untuk memutuskan untuk berdakwah di luar mekah. Namun, di Thaif beliau di caci dan di lempari batu sampai Baliau terluka. Kejadian-kejadian yang dialami Beliau hampir menyebabkan beliau putus asa, sehingga untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun ke sepuluh kenabian itu. Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah penduduk yatsrib (Madinah) untuk berhaji ke mekah. Mereka terdiri dari dua suku yang saling bermusuhan, yaitu suku aus dan suku Khazraj yang masuk Islam dalam tiga gelombang.
Pada gelombang pertama pada tahun ke sepuluh kenabian, mereka dating untuk memeluk agama Islam. Gelombang ke dua pada tahun 12 kenabian mereka dating kembali menemui Nabi dan mengadakan perjanjian yang di kenal dengan perjanjian “Aqabah pertama”, yang berisi ikrar kesetiaan. Gelombang ke tiga pada tahun ke 13 kenabian, mereka dating lagi kepada nabi untuk hijrah ke Yatsrib. Mereka akan membai’at nabi sebagai pemimpin. Nabi pun akhirnya menyetujui usul mereka untuk berhijrah. Perjanjian itu disebut perjanjian “Aqabah kedua” karena terjadi di tenpat yang sama.
Dan akhirnya Nabi bersama kurang lebih 150 kaum muslim hijrah ke Yatsrib. Dan ketika sampai disana, sebagai penghornatan terhadap nabi, nama Yatsrib di ubah menjadi Madinah.[4] Demikianlah fase mekah terjadi.
B. Fase Madinah
Dalam fase ini, pengembangan islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat islam di madinah, yaitu sebagai berikut:
1.                           Mendirikan masjid. Tujuannya adalah untuk mempersatukan umat islam dalam satu majelis dan mempererat tali ukhuwah islamiyah.
2.                           Mempersatukan dan mempersaudarakan antara kaum anshar dan Muhajirin.
3.                           Perjanjian saling membantu antara sesame kaum muslim maupun non muslim .
4.                           Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan social untuk masyarakat baru.
Langkah pertama yang dilakukan Rsulullah SAW adalah membangun mesjid. Beliau terjun langsung dalam pembangunan mesjid itu, memindahkan bata dan bebatuan, seraya berkata : “ Ya Allah, tidak ada kehidupan yang lebih baik kecuali kehidupan akhirat. Maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin.”
Beliau juga membangun beberapa rumah disisi mesjid, dindingnya dari susunan batu dan bata, atapnya dari daun korma yang disangga beberapa batang pohon. Itu adalah bilik-bilik untuk istri-istri beliau. Setelah semuanya beres, maka beliau pindah dari rumah Abu Ayyub kerumah itu.
Mesjid itu bukan hanya merupakan tempat sholat semata, tapi juga merupakan sekolahan bagi orang-orang Muslim untuk menerima pengajaran islam dan bimbingan-bimbingannya, sebagai balai pertemuan dan tempat untuk mempersatukan berbagai unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh perselisihan semasa jahiliyah.
Disamping semua itu, mesjid tersebut juga berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang Muhajirin yang miskin, yang datang ke Madinah tanpa memiliki harta, tidak punya kerabat dan masih bujangan atau belum berkeluarga.
Disamping membangun mesjid sebagai tempat untuk mempersatukan umat manusia, Rasulullah SAW juga mengambil tindakan yang sangat monumental dalam sejarah, yaitu usaha mempersatukan antara orang-orang Muhajirin dan Anshar.
Beliau mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar agar saling tolong menolong, saling mewarisi harta jika ada yang meninggal dunia disamping kerabatnya. Maka persaudaraan ini, membuat fanatisme jahiliyah menjadi cair dan tidak ada sesuatu yang dibela kecuali islam. Disamping itu agar perbedaan-perbedaan keturunan, warna kulit dan daerah tidak mendominasi, agar seseorang tidak merasa lebih unggul dan merasa lebih rendah kecuali karena ketakwaan.
Rasulullah menjadikan persaudaraan ini sebagai suatu ikatan yang harus benar-benar dilaksanakan. Bukan sekedar isapan jempol dan omong kosong semata. Melainkan harus merupakan tindakan nyata yang mempertautkan darah dan harta. Saling mengasihi dan memberikan pertolongan dalam persaudaraaan ini.
Rasulullah mempersaudarakan mereka dengan ketentuan ketentuan agama islam atas keridhaan Allah SWT. Dengan hikmah kepintarannya ini, rasulullah telah berhasil memancangkan sendi-sendi masyarakat yang baru. Beliau juga menganjurkan agar mereka menshadaqahkan hartanya, dan juga menganjurkan mereka agar menahan diri dan tidak suka meminta-minta, kecuali terpaksa, dan menyeru agar senantiasa sabar dan merasa puas.
Begitulah cara beliau mengangkat moral dan spirit mereka, membekali mereka dengan nilai-nilai yang tinggi. Sehingga mereka tampil sebagai sosok yang ideal dan manusia yang sempurna. Dengan cara ini Nabi SAW mampu membangun sebuah masyarakat yang baru di Madinah. Suatu masyarakat yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal sejarah.
Tetapi pertentangan kaum Yahudi dan muslim mulai terlihat, ketika terjadinya perang pertama antara kaum muslim dengan kaum musyrik, yakni lebih di kenal dengan perang badar, pada tanggal 8 Ramadhan tahun ke dua hijriyah, di daerah Badar, kurang lebih 120 km dari Madinah..
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah di syariatkan, Nabi Muhammad Saw dengan sekitar seribu kaum muslim berangkat ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umrah, namun penduduk Mekah tidak mengizinkan mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan perjanjian Hudaibiyah yang isinya antara lain sebagai berikut:[5]
1.                              Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun itu, tetapi di tangguhkan pada tahun depan.
2.                              Lama kunjungan di batasi hanya sampai tiga hari.
3.                              Kaum Muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan diri ke Madinah, namun sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah.
4.                              selama sepuluh tahun dilakukan genjatan senjata antara masyarakat Mekah dan Madinah.
5.                              Tiap kabilah yang ingin masuk kedalam persekutuan kaum Quraisy atau kaum Muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.
Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengmbil alih Ka’bah dan menguasai Mekah semangkin terbuka. Ada dua faktor pokok yang mendorong kebijaksanaan ini. Pertama : Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, Islam bias tersebar keluar. Kedua : apabila suku Quraisy dapat diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang Quraisy mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar.

Perbedaan antara fase madinah dengan fase mekah adalah cara penyebaran agamanya. Kalau di Mekah nabi menyebarkan agama dengan diam-diam, karena Islam adalah agama yang baru pada saat itu. Dan Nabi sering mendapat rintangan dan tekanan dari masyarakat mekah. Tapi, kalau di madinah Nabi tinggal memperluas Islam saja. Karena agama islam sudah tersebar. Dan juga Nabi lebih menekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam, Dan pendidikan  sosial kemasyarakatan.




























KESIMPULAN


  1. Kondisi bangsa arab sebelum kedatangan islam, terutama di sekitar mekah masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai tuhan. Yang di kenal dengan istilah paganisme. Masa itu biasa disebut dengan zaman Jahiliyah, yaitu masa kegelapan dan masa kebodohan dalam hal agama. Di lingkungan inilah Nabi muhammad di lahirkan, disinilah beliau memulai untuk menegakkan tonggak ajaran agama islam, dilingkungan yang sudah bobrok dan penuh kemaksiatan.
  2. Pada saat penyebaran agama Islam di mekah yang di Lakukan Nabi, ada tiga 2 cara. Yaitu da’wah secara sembunyi-sembunyi, da’wah secara terang-terangngan.
  3. Dalam fase Madinah, pengembangan islam lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat islam dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, Nabi kemudian meletakkan dasar-dasar masyarakat islam di madinah.
  4. Perbedaan penyebaran agama Islam Di Mekah dengan di Madinah adalah terletak pada situasi dan kondisi. Kalau di mekah islam merupakan ajaran agama baru, jadi penyebarannya pun mendapat banyak rintangan. Tetapi kalau di Madinah islam tinggal melanjutkan perkembangannya. Karena pengikutnya sudah banyak walaupun rintanngannya juga banyak.

Dari uraian di atas dapat di simpulkan bahwa Nabi Muhammad telah mampu menjalankann perannanya sebagai pemimpin agama, seorang negarawan, dan sekaligus pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Hanya dalam waktu sebelas tahun menjadi pemimpin politik, beliau berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab ke dalam kekuasaannya.















DAFTAR PUSTAKA



  • Choirul Niswar,M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam timur tengah dan Indonesia. Palembang. Rafah Press. 2006
  • Drs. Samsul Munir Amin,M.A., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009
http://spistai.blogspot.com/2009/03/sejarah-arab-masa-nabi-muhammad-saw.html


[1] Drs. Samsul Munir Amin,M.A., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2009, hlm. 64.
[2] Choirul Niswar,M.Ag. Sejarah Pendidikan Islam timur tengah dan Indonesia. Palembang. Rafah Press. 2006. hlm. 14.
[3] Drs. Samsul Munir amin, M.A., ibid, hlm. 66.
[4] Munir Amin.M.A. ibid., hlm.68.

Padjrin Dha Niess

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar