Psikologi Agama

by 1/01/2013 08:58:00 AM 0 komentar


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Psikologi agama merupakan bagian dari psikologi yang mempelajari masalah kejiwaan yang ada sangkut pautnya dengan keyakinan beragama. Dengan demikian psikologi agama. Mencakup dua bidang kajian yang sama sekali berlainan, sehingga ia berbeda dari cabang-cabang psikologi agama lainnya.
            Sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama memiliki objek kajian atau ruang lingkup yang berbeda dengan cabang psikologi lainnya. Psikologi agama mengkaji tentang tingkah laku seseorang yang timbul dari jiwa sebagai bentuk kesadaran beragama. Psikologi agama memiliki tujuan yaitu meneliti dan menalaah kehidupan beragama seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta kehidupan pada umumnya.
            Psikologi agama dapat digunakan dalam semua aspek kehidupan manusia. Seperti dalam bidang pendidikan, ekonomi, politik dan bidang-bidang lainnya. Dengan pendekatan psikologi agama manusia akan sadar bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku sebagai cerminan kesadaran beragama. Psikologi agama dapat digunakan seseuai dengan tujuan yang diinginkannya seperti dalam industri agar tidak terjadj pencurian dan meningkatkan produksi dan penghasilan.

B. Rumusan Masalah
1.      Pengertian psikologi agama ?
2.      Ruang lingkup psikologi agama ?
3.      Tujuan psikologi agama ?
4.      Kegunaan psikologi agama ?
5.      Ayat-ayat tentang psikologi agama ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Agama
            Psikologi agama merupakan salah satu cabang dari psikologi. Psikologi agama terdiri dari dua kata yaitu, psikologi dan agama. Kedua kata ini masing-masing memiliki pengertian yang berbeda. Menurut bahasa Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata psyhe = jiwa, logos = ilmu.[1] Menurut Branca dalam bukunya psychology the science of behavior, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku.[2] Jadi, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejela-gejala jiwa yang timbul dari tingkah laku manusia tersebut. Jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak (tidak terlihat). Untuk mempelajari tentang jiwa yang bersifat abstrak yaitu dengan cara melihat gejala-gejala yang timbul dari perbuatan atau tingkah laku. Oleh karena itu psikologi dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri yaitu jiwa.
            Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan kognisi, emosi, dan konasi. Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal, dan beradab. Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku manusia. Namun terkadang ada di antara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya menjadi empat gejala utama yang dipelajari psikologi, yaitu kognisi, emosi, kognisi dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelelahan maupun sugesti.[3] Psikologi juga mengkaji gejala-gejala jiwa yang berhubungan dengan tingkah laku.[4]
            Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas tentang gejala-gejala jiwa dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaannya. Sikap dan tingkah laku adalah gejala yang dapat dilihat dan dapat dipelajari dari kondisi jiwa yang abstrak.
            Agama sebagai bentuk keyakinan. Hal ini yang menyulitkan para ahli untuk mendefenisikan tentang agama. Sebagai contoh, James H. Leuba, berusaha mengumpulkan tentang defenisi agama yang pernah dibuat. Namun ia berkesimpulan bahwa usaha untuk mendefenisikan agama tidak ada guna karena hanya kepandaian bersilat lidah.[5]
            Pendapat di atas bukan berarti agama sama sekali tidak dapat dipahami melalui pendekatan defenitif. Karena itu walaupun mungkin belum disepakati semua pihak. Mungkin pengertian di bawah ni dapat memberikan gambaran tentang pengertian agama.
            Agama berasal dari bahasa latin religio yang berarti obligation/kewajiban. Agama dalam Encyclopedia of Philisophy adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Ilahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai moral dengan umat manusia. Menurut Syahminan Zaini dikutip oleh Rohmalina Wahab mengatakan ada tiga pendapat mengenai asal kata agama : pertama, berarti dari bahasa Sansekerta, yaitu a = tidak, gama = kacau. Jadi agama = tidak kacau. Kedua, berasal dari bahasa Sansekerta, asal katanya gam = jalan. Jadi agama artinya jalan yang harus dipakai atau diikuti se hingga dapat sampai ke suatu tujuan yang mulia dan suci. Ketiga, berasal daru bahasa Arab iqoma kemudian berubah menjadi agama.[6]
            Sementara pengertian-pengertian yang berkembang agama dapat dikatakan ikatan yang kokoh atau kuat yang beruapa keyakinan dan dapat membawa kepada jalan yang lurus serta menunjukkan kepada suatu tujuan untuk mencapai suatu ketenangan dan kemantapan hati serta kebahagian. Menurut Nasution dikutip oleh Rohmalina Wahab bahwa agama berasal dari kata  (الدين ) yang artinya menguasai, menunjukkan, patuh, hutang, balasan dan kebiasaan.[7]
            Dari beberapa defenisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa agama adalah suatu pedoman atau petunjuk bagi kehidupan manusia yang merupakan ikatan yang kuat yang diyakini yang dapat membawa umatnya ke jalan yang lurus serta menunjukkan kepada suatu jalan untuk mencapai tujuan yang diinginkan yaitu ketenangan, kebahagian, serta kemantapan hati.
            Berdasarkan pengertian psikologi dan agama di atas maka dapat disimpulkan bahwa psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku seseorang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkah laku yang tidak masuk atau dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
            Menurut Zakiah Daradjat bahwa psikologi agama meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada diri seseorang dan mempelajari seberapa besar pengaruh keyakinan tersebut dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Di samping itu, psikologi beragama juga mempelajari pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang serta factor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan  tersebut. Sedangkan menurut Robert H Tholues, psikologi agama adalah cabang dari psikologi yang bertujuan mengembangkan pemahaman terhadap perilaku keagamaan dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi yang diambil dari kajian terhadap perilaku bukan keagamaan.[8]
            Dengan demikian, dapatlah disimpulkan bahwa psikologi agama adalah ilmu yang membahas, mempelajari dan memahami kehidupan beragama pada manusia dan hubungannya dengan sikap dan perilaku keberagamaan atau sama dengan ilmu yang membahas dan meneliti kehidupan beragama seseorang mulai dari sumber-sumber jiwa keagamaan, perkembangan, karakteristik, factor yang mempengaruhi, gangguan dalam perkembangan serta penyimpangan dan mengenai kecerdasan serta kematangan beragama.
B. Ruang Lingkup Psikologi Agama
            Suatu ilmu yang dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu apabila memiliki objek atau ruang lingkup kajiannya. Psikologi agama sebagai disiplin ilmu yang otonom, memiliki ruang lingkup pembahasannya tersendiri yang dibedakan dari disiplin ilmu yang mempelajari  masalah agama yang lainnya. Lebih lanjut Zakiah Daradjat menyatakan, bahwa kajian dari psikologi agama adalah proses beragama, perasaan, dan kesadaran beragam dengan pengaruh dan akibat-akibat yang dirasakan sebagai hasil dari keyakinan. Oleh karena itu, menurut Zakiah Daradjat, ruang lingkup yang menjadi lapangan kajian psikologi agama meliputi kajian mengenai :
1.      Bermacam-macam emosi yang menjalar di luar kesadaran yang ikut menyertai kehidupan beragama orang biasa, seperti rasa lega dan tentram sehabis sholat; rasa lepas dari ketegangan batin sesudah berdoa atau membaca ayat-ayat suci; perasaan tenang pasrah, dan menyerah setelah berzikir; dan ingat kepada Allah Swt ketika mengalami kesedihan dan kekecewaan yang bersangkutan.
2.      Bagaimana perasaan dan pengalaman seseorang secara individual terhadap Tuhannya, misalnya rasa tentram dan kelegaan batin.
3.      Mempelajari, meneliti dan menganalisis pengaruh kepercayaan akan adanya hidup sesudah mati pada tiap-tiap orang.
4.      Meneliti dan mempelajari kesadaran dan perasaan orang terhadap kepercayaan yang berhubungan dengan surga dan neraka, serta dosa dan pahala yang turut memberi pengaruh sikap dan tingkah laku dalam kehidupan.
5.      Meneliti dan mempelajari bagaimana pengaruh penghayatan seseorang terhadap ayat-ayat suci untuk kelagaan batinnya.[9]
            Semuanya itu menurut Zakiah Daradjat tercakup dalam kesadaran agama dari pengalaman agama. Kesadaran agama maksudnya adalah bagian atau segi agama yang hadir dalam pikirannya, yang merupakan aspek mental dari aktivitas agama. Sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran beragama, yaitu perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan. Karenanya, psikologi agama tidak mencampuri segala bentuk permasalahan yang menyangkut pokok keyakinan agama. Tegasnya psikologi agama hanya mempelajari dan menalaah fungsi-fungsi jiwa yang memantul dan memperlihatkan diri dalam perilaku dalam kaitannya dengan kesadaran dan pengalaman agama manusia. Seperti tentang Tuhan, surga dan neraka, kebenaran suatu agama, kebenaran kitab suci yang tidak mungkin secara empiris.[10]
            Dengan demikian bahwa lapangan penelitian psikologi agama adalah gejala-gejala jiwa yang memantul dan terpancar dari motivasi, ekspresi, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan kesadaran, pengalaman, dan kematangan beragama manusia. Psikologi agama tidak kut campur masalah dasar atau aqidah/pokok keyakinan suatu agama seperti konsep Tuhan itu sendiri, surga, neraka, pahala, dosa, kiamat, dan sebagainya.
C. Tujuan Psikologi Agama
            Adapun tujuan psikologi agama adalah untuk meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta kehidupan pada umumnya. Di samping itu, psikologi agama mempelajari pula pertumbuhan dan perkembangan jiwa agama pada seseorang dan factor-faktor yang mempengaruhi keyakinan.
            Dengan kata lain dapat kita katakan bahwa psikologi agama meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkah laku orang atau mekanisme yang bekerja dalam diri seseorang. Karena cara seseorang berpikir, bersikap, berkreasi, dan bertingkah laku tidak dapat dipisahkannya, karena keyakinan itu termasuk dalam konstruksi kepribadiannya.
D. Kegunaan Psikologi Agama
            Psikologi agama telah banyak memberikan sumbangan dalam memecahkan persoalan kehidupan manusia dalam kaitannya dengan agama yang dianut. Kemudian bagaimana rasa keagamaan itu tumbuh dan berkembang pada diri seseorang dalam tingkah usia tertentu, ataupun bagaimana perasaan keagamaan itu dapat mempengaruhi ketentraman batinnya, maupun berbagai konflik yang terjadi dalam diri seseorang hingga ia menjadi lebih taat menjalankan ajarannya agamanya atau meninggalkan ajaran itu sama sekali.
            Menurut Djalaluddin kegunaan psikologi agama adalah dapat dimanfaatkan dalam lapangan kehidupan seperti dalam bidang pendidikan, psikoterapi dan lapangan lainnya dalam kehidupan. Bahkan sudah sejak lama pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan hasil kajian psikologi agama untuk kepentingan politik. Pendekatan agama yang dilakukan oleh Snouck Hugronje terhadap para pemuka agama dalam upaya mempertahakan politik  penjajahan Belanda di Indonesia.[11]
            Di bidang industri juga psikologi agama dapat dimanfaatkan. Sekitar tahun 1950-an di perusahan minyak Stanvac (Plaju dan Sungai Gerong) diselenggarakan ceramah agama Islam untuk para pekerjanya. Para penceramah adalah pemuka agama setempat. Kegiatan berkala ini diselenggarakan didasarkan atas asumsi bahwa ajaran agama mengandung nilai-nilai moral yang dapat menyadarkan para pekerja dari perbuatan yang tak terpuji dan merugikan perusahaan. Hasil dari kegiatan tersebut dievaluasi, dan ternyata pengaruh ini dapat mengurangi kebocoran seperti pencurian, manipulasi maupun penjualan barang-barang perusahaan yang sebelumnya sukar dilacak.[12]
            Dengan demikian psikologi dapat dimanfaatkan dalam segala jenis lapanan kehidupan, baik ekonomi, pendidikan, sosial kemasyarakatan, perdagangan, ekonomi, dunia politik dan lapangan-lapangan kehidupan lainnya.
            Dalam pandangan Islam, psikologi dan agama ini sangatlah dibutuhkan, karena psikologi dan agama sama-sama mempelajari tentang jiwa dan kepercayaan seseorang terhadap Tuhannya.
            Psikologi dimiliki oleh manusia secara pribadi yang memberikan arah emosional dalam merealisasikan perbuatannya sehari-hari, karena itulah daya-daya jiwa manusia perlu dikembangkan, diperhatikan dan diarahkan kemana ia lebih cenderung. Salah satu jiwa manusia yang sangat menentukan dalam keberhasilan hidup adalah yang dikatakan intelegensi question. Kemudian, dilengkapi dengan emosional question, serta diarahkan oleh spiritual question. Berarti manusia yang diinginkan oleh Allah sebagaimana yang dicantumkan dalam firman-Nya :
$tBur àMø)n=yz £`Ågø:$# }§RM}$#ur žwÎ) Èbrßç7÷èuÏ9 ÇÎÏÈ
            Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat:56)
            Berarti dalam pencapaian tujuan Allah tersebut sangatlah dibutuhkan kemampuan-kemampuan dasar manusia atau yang disebut berdaya jiwa manusia yaitu kemampuan manusia berpikir, bertindak dan menentukan apa yang akan dilakukan. Kemampuan-kemampuan ini adalah bahasan dari psikologi, sedangkan warna atau batasan apakah perilaku yang akan dilakukan oleh manusia itu berkategori dibolehkan atau tidak yang kesemuanya itu menentukan tingkat kebaikan dan nilai dari perilaku manusia itu sendiri adalah dibahas dalam Islam.
            Berarti, antara psikologi agama dan Islam bahasannya adalah sangat dan saling menunjang dan menentukan,  hanya psikologi agama masih meliputi secara umum yaitu meliputi semua agama sedangkan Islam untuk agama Islam.[13]
E. Ayat-ayat Tentang Psikologi Agama
* ûÓÍ_t6»tƒ tPyŠ#uä (#räè{ ö/ä3tGt^ƒÎ yZÏã Èe@ä. 7Éfó¡tB (#qè=à2ur (#qç/uŽõ°$#ur Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÌÊÈ
            Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf:31)
            Dalam firman Allah tersebut, Allah menyuruh anak Adam ketika masuk ke masjid mengenakan pakaian yang rapi dan sopan akibat dari kesadaran beragama seseorang. Minum dan makan yang tidak berlebihan merupakan cerminan bagi orang yang memiliki kesadaran agama. Dengan adanya kesadaran beragama akan menimbulkan tingkah laku atau sikap yang baik.
            Allah berfirman :
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#rßç6ôã$# ãNä3­/u Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? ÇËÊÈ
            Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (QS. Al-Baqarah:21)
            Dalam firman Allah di atas, bahwa salah bentuk kesadaran beragama seseorang menampilkan sikap atau tingkah laku takwa yaitu berusaha semaksimal mungkin melaksanakan perintah Allah dan berusaha semaksimal mungkin meninggalkan larangan Allah. Orang yang memiliki kesadaran agama takut meninggalkan sholat dan lega ketika sudah melaksanakan ibadah sholat.
KESIMPULAN

·         Psikologi agama adalah ilmu yang membahas, mempelajari dan memahami kehidupan beragama pada manusia dan hubungannya dengan sikap dan perilaku keberagamaan.
·         Ruang lingkup atau lapangan penelitian psikologi agama adalah gejala-gejala jiwa yang memantul dan terpancar dari motivasi, ekspresi, sikap dan perilaku yang berkaitan dengan kesadaran, pengalaman, dan kematangan beragama manusia.
·         Tujuan psikologi agama adalah untuk meneliti dan menelaah kehidupan beragama seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta kehidupan pada umumnya.
·         Psikologi agama dapat digunakan di semua aspek seperti dalam bidang industri yaitu meningkatnya jumlah produksi dan penghasilan dan meminimalkan bentuk kejahatan dalam industri seperti pencurian. Begitu juga dalam bidang pendidikan yaitu siswa menjadi rajin, aktif, tidak menyontek ketika ujian dan menambah semangat dalam belajar.
·         Di antara ayat-ayat Allah yang mengenai psikologi agama yaitu, Allah berfirman :
ûÓÍ_t6»tƒ tPyŠ#uä (#räè{ ö/ä3tGt^ƒÎ yZÏã Èe@ä. 7Éfó¡tB (#qè=à2ur (#qç/uŽõ°$#ur Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏùÎŽô£ßJø9$#
            Artinya : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf:31)






DAFTAR PUSTAKA

            Al-Qur’an dan terjemahannya. Diponegoro, 2006

            Hawi, Akmal. 2006, Psikologi Agama, Rafah Press : Palembang

            Jalaluddin. 2010, Psikologi Agama, Rajagrafindo Persada : Jakarta

            Khodijah, Nyayu. 2006, Psikologi Belajar, Rafah Press : Palembang

            Nata, Abbuddin. 2009, Metodologi Studi Islam, Rajawali Press : Jakarta

            Ramayulis. 2007, Psikologi Agama, Kalam Mulia : Jakarta
           
            Wahab, Rohmalina. 2010, Psikologi Agama, Grafika Telindo : Palembang
           
            Zuhdiyah. 2011, Psikologi Agama, Grafika Telindo Press : Palembang

           

 

Padjrin Dha Niess

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar