Psikologi Belajar

by 1/01/2013 08:58:00 AM 0 komentar


PEMBAHASAN
A. Pengertian  Psikologi Belajar
            Psikologi belajar terdiri dari dua kalimat, yaitu psikologi dan belajar. Kedua kata ini masing-masing memiliki pengertian yang berbeda. Menurut bahasa Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata psyhe = jiwa, logos = ilmu.[1] Menurut Branca dalam bukunya psychology the science of behavior, psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku.[2] Jadi, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejela-gejala jiwa yang timbul dari tingkah laku manusia tersebut. Jiwa merupakan sesuatu yang bersifat abstrak (tidak terlihat). Untuk mempelajari tentang jiwa yang bersifat abstrak yaitu dengan cara melihat gejala-gejala yang timbul dari perbuatan atau tingkah laku. Oleh karena itu psikologi dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri yaitu jiwa.
            Psikologi secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan kognisi, emosi, dan konasi. Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang hampir sama pada diri manusia dewasa, normal, dan beradab. Dengan demikian ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku manusia. Namun terkadang ada di antara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya menjadi empat gejala utama yang dipelajari psikologi, yaitu kognisi, emosi, kognisi dan gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi, kelelahan maupun sugesti.[3] Psikologi juga mengkaji gejala-gejala jiwa yang berhubungan dengan tingkah laku.[4]
            Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari dan membahas tentang gejala-gejala jiwa dan tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaannya. Sikap dan tingkah laku adalah gejala yang dapat dilihat dan dapat dipelajari dari kondisi jiwa yang abstrak.
            Sedangkan belajar itu sendiri secara sederhana dapat diberi definisi sebagai aktivitas yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitar. Aktivitas di sini dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik, menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan  karsa (psikomotorik).
            Perkembangan daam arti belajar di sini dipahami sebagai “perubahan” yang relatif permanen pada aspek psikologi. Individu yang berubah karena gila, mabuk, atau cedera, bukanlah termasuk kategori belajar, walaupun mempengaruhi jiwanya untuk sementara.[5]
            Menurut Oemar Hamalik, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.[6] Senada dengan Hintzman, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi dalam diri organism, manusia, dan hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku orgnisme tersebut.[7]
            Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah aktivitas jiwa raga, menuju perubahan yang relatif permanen pada aspek psikologi yang berkaitan dengan pengetahuan, perasaan, dan keterampilan. Pada hakikatnya belajar adalah perubahan ke arah positif yang bersifat relatif permanen baik ada guru atau tidak. Belajar dalam PAI merupakan proses pentransfer nilai atau learning is transfer of value not knowledge.
B. Ruang Lingkup Psikologi Belajar
            Psikologi belajar sebagai disiplin ilmu yang merupakan cabang psikologi, yang kajiannya dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup di sekitar masalah belajar. Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
            Pokok bahasan mengenai belajar : Teori-teori belajar; Prinsip-prinsip belajar; Hakikat belajar; Jenis-jenis belajar; Aktivitas-aktivitas belajar; Teknik belajar efektif; Karakteristik perubahan hasil belajar; Manifestasi perilaku belajar; dan Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
            Pokok bahasan mengenai proses belajar : Tahapan perbuatan belajar; Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar; Pengaruh pengalaman belajar terhadap perilaku individu; pengaruh motivasi terhadap perilaku belajar;  Signifikasi perbedaan individual dalam kecepatan memproses kesan dari keterbatasan individu dalam belajar; dan Masalah proses lupa dan kemampuan individu memproses perolehannya melalui transfer belajar.
            Pokok bahasan mengenai situasi belajar : Suasana dan keadaan lingkungan fisik, non -fisik, sosial dan non-sosial.[8]
C. Tujuan Psikologi Belajar
            Selanjutnya psikologi belajar juga bertujuan memberikan solusi atau perbaikan atas masalah yang di hadapi murid dalam belajar, sehingga murid tidak kesulitan dalam menerima transfer ilmu dari guru dan melakukan pembelajaran dengan menyenangkan.
D. PAI Sebagai Pembelajaran Nilai
            Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan kata lain, Beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.[9]
            Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadi ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun kelak di akhirat.[10]
            Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam agar terbentuknya kepribadian Islam. Dengan bimbingan tersebut anak dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh. Hal itu dilakukan demi keselamatan di dunia dan akhirat.
            Menurut Sumantri, pendidikan nilai merupakan proses bimbingan melalui suri tauladan pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai-nilai agama, budaya, etika, estetika menuju pembentukan peserta didik yang memiliki kecedasan spiritual, pengendalian diri, kepribadian yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.
            Sedangkan menurut Mulyana, pendidikan nilai adalah pengajaran dan bimbingan kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan  bertindak yang konsisten. Hakam menambahkan pendidikan nilai adalah pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut pandang moral yang meliputi etika dan norma-norma yang meliputi estetika, etika. Sementara menurut Dahlan, pendidikan nilai adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, afektif, dan pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama.[11]
            Di era teknologi informasi, pembelajaran nilai merupakan hal yang penting untuk dilakukan oleh dunia pendidikan kita. Selama ini dunia pendidikan kita mengalami degradasi dalam hal moral hal tersebut diakibatkan oleh sedikitnya transfer nilai dalam pembelajaran. Pendidikan kita lebih mengutamakan pendidikan kognitif (pengetahuan). Salah satu indikasinya adalah dilaksanakannya Ujian Nasional (UN). Seharusnya pendidikan kita berupaya menyatuhkan semua ranah dalam pendidikan yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
            Inilah salah satu tugas dari pendidikan agama Islam yaitu untuk memperbaiki moral anak didik. Dalam pembelajaran PAI harus dilakukan transfer nilai atau penanaman nilai dalam pembelajaran. PAI sebagai pembelajaran nilai merupakan pengajaran atau bimbingan kepada anak yang berorientasi pada penanaman nilai yang mencakup nilai agama, etika, dan estetika menuju anak didik yang berkarakter spiritual, berakhlak mulia.
            Upaya pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada pendidikan nilai (afektif) pada dasrnya perlu mempertimbangkan tiga komponen factor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut :
1.        Tahap -Tahap Perkembangan Nilai Moral
            Tahap perkembangan nilai moral seseorang dapat di bedakan menjadi empat, yaitu :
a.       Usia 0-3 tahun (pra-moral). Pada fase ini anak tidak mempunyai bekal pengertian tentang baik dan buruk tingkah lakunya.
b.      Usia 3-6 (tahap egosentris). Pada fase ini anak hanya mempunyai pikiran yang samara-samar dan umum tentang aturan-aturan ia sering mengubah aturan untuk memuaskan kebutuhan pribadi.
c.       Usia 7-12 tahun (tahap heteronom). Pada fase ini ditandai dengan suatu paksaan.
d.      Usia 12 tahun dan seterusnya (tahap otonom). Pada fase ini seseorang mulai mengerti nilai-nilai dan muali memakainya dengan cara sendiri. Moralitasnya ditandai dengan kooperatif, bukan paksaan, interaksi dengan teman sebaya, diskusi, factor utama dalam tahap ini adalah menghormati orang lain.
2.        Pengembangan Pembelajaran PAI yang berorientasi pada nilai (Afektif)
            Pengembangan pembelajaran PAI sebenarnya lebih banyak menonjolkan aspek nilai, baik ketuhanan maupun kemanusiaan, yang hendak ditanamkan dan atau ditumbuh kembangkan ke dalam diri peserta didik sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi kepribadiannya.
            Ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran, yaitu :
a.       Pembelajaran nilai dengan menggunakan Strategi Tradisional
Strategi tradisional merupakan menggunakan metode yang lama seperti metode ceramah.
b.      Pembelajaran nilai dengan menggunakan Strategi Bebas
c.       Pembelajaran nilai dengan menggunakan Strategi Reflektif
Strategi reflektif adalah membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada konsep teoritiknya yang umum.
d.      Pembelajaran nilai dengan menggunakan Strategi Transitern
Merupakan menggunakan metode-metode yang berpindah-pindah atau bervariasi agar nilai dapat ditanamkan dengan menggunakan berbagai metode.
            Beberapa pendekatan tertentu dalam pembelajaran PAI, yaitu :
a.       Pendekatan Pengalaman
Pendekatan pengalaman adalah pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
b.      Pendekatan Pembiasaan
Pendekatan pembiasaan adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik u tuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya dan akhlak karimah.
c.       Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional adalah suatu pendekatan mempergunakan perasaan (hati) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
d.      Pendekatan Rasional
Pendekatan rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah swt.


e.       Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional adalah usaha memberi materi agama, menekankan kepada segi kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai tingkat perkembangannya.
f.       Pendekatan Keteladanan.
Pendelatan keteladanan adalah menyuguhkan ketaladan, baik yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antar personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga pendidik yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun baik melalui ilustrasi.[12]
            Metode-metode pembelajaran PAI yang berorientasi pada nilai :
a.       Metode Dogmatik, adalah metode untuk menghjarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.
b.      Metode Deduktif, adalah cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (Ketuhanan dan Kemanusiaan) dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.
c.       Metode Induktif, adalah sebagai kebalikan dari metode dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan tersebut.
            Prosedur penggunaan teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1.      Teknik Indoktrinasi. Melalui beberapa tahap, yaitu :
a.       Tahap Brainwashing, yaitu merusak  tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi siswa.
b.      Tahap menanamkan Fanatisme.
c.       Tahap penenaman doktrin.
2.      Teknik Moral Reasoning. Dilakukan dengan jalan :
a.       Penyajian dilema moral.
b.      Pembagian kelompok diskusi setelah disajikan problematic dilema moral tersebut.
c.       Hasil diskusi kelompok selanjutnya dibawa dalam diskusi kelas dengan tujuan untuk mengadakan klarifikasi nilai, membuat alternative dan konsekuensinya.
d.      Setelah siswa mendiskusikan secara insentif dan melakukan seleksi nilai yang terpilih sesuai dengan alternative yang diajukan, selanjutnya siswa mengorganisasi nilai-nilai terpilih tersebut dalam dirinya.
3.      Teknik Meramalkan Konsekuensi. Langkah-langkahnya :
a.       Siswa diberikan suatu melalui cerita, membaca majalah, melihat film, atau melihat kejadian konkret dilapangan,
b.      Siswa diberikan beberapa pertanyaan yangberhubungan dengan nilai-nilai yang ia lihat, ketahui dan rasakan.
c.       Upaya membandingkan nilai-nilai yang terdapat dalam kasus itu dengan nilai lain yang bersifat Kontradiktif.
d.      Kemampuan meramalkan konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan dan penerapan suatu tata nilai tertentu.
4.      Teknik Klarifikasi. Dapat ditempuh dengan tiga tahap, yaitu:
a.       Tahap pemberian contoh.
Pada tahap ini guru memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang baik dan memberikan contoh penerapannya.
b.      Tahap mengenal kelebihan dan kekurangan nilai yang telah diketahui oleh siswa lewat contoh-contoh tersebut diatas.
c.       Tahap mengorganisasikan tata nilai pada siswa. [13]
            Hal-hal di atas merupakan upaya PAI dalam menanamkan nilai dalam pembelajaran. Dengan cara menggunakan metode, strategi, dan pendekatan yang dapat menanamkan tentang nilai.

E. Prinsip-prinsip Psikologi Belajar PAI
            Proses pembelajaran dalam pendidikan Islam selalu memperhatikan perbedaan individu peserta didik serta menghormati harkat, martabat dan kebebasan berpikir mengeluarkan pendapat dan menetapkan pendiriannya, sehingga bagi murid belajar merupakan hal yang menyenangkan dan mendorong perkembangan kepribadiannya secara optimal.
            Adapun prinsip-prinsip dalam pembelajaran PAI adalah sebagai berikut :
1.      Perbedaan minat, dan perhatian.
Menurut Crow dan Crow, minat merupakan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, atau kepada aktifitas-aktifitas tertentu. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat murid, dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan baik.
Sedangkan perhatian salah satu faktor psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi dalam proses pembelajaran. Kondisi ini dapat terbentuk melalui dua hal yaitu  pertama, yang timbul secara instrinsik dan yang kedua, melalui bahan pelajaran.
2.      Perbedaan cara belajar
Cara belajar anak didikk dapat dikategorikan ke dalam empat cara, yaitu : (1) Cara belajar somatic, adalah yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar dengan melakukan, (2) Cara belajar auditif, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek pendengaran, (3) Cara belajar visual, adlah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek gambar atau penglihatan, (4) Cara belajar intelektual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran atau logika.
3.      Perbedaan kecerdasan
Peserta didik mempunyai kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan yang dimaksud adalah : kecerdasan linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetis-jasmani, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Agar semua kecerdasan dapat dikembangkan maka proses pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik tersebut berkembang dengan baik. Dalam pendidikan Islam  diutamakkan adalah kecerdasan spritual dan emosional.

4.      Belajar dengan melakukan
Pendidikan modern menekankan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Anak aktif mencari sendiri dan bekerja sendiri. Dengan demikian anak akan lebih bertanggungjawab dan berani mengmabil keputusan sehingga pengertian mengenai suatu persoalan benar-benar mereka pahami dengan baik.
Dalam pendidikan Islam, misalnya, pada pelajaran ibadah sholat, sifat, anak yang suka bergerak perlu dipergunakan baik-baik dengan dramatisasi, dramaswisata ke tempat peribadahan, bersama-sama membersihkan tempat sholat dan lain-lain.
5.      Mengembangkan kemampuan sosial
Kegiatan pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual secaa internal, melainkan juga mengasah kemampuan peserta didik untuk membangun hubungan dengan pihak lain. Melalui interaksi dengan teman atau dengan guru.  Seperti, diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan.
6.      Mengembangkan keingintahuan
Setiap manusia tidak akan pernah diam manakala berhadapan dengan hal-hal yang baru. Manusia bersifat peka, kritis, dan kreatif terhadap yang baru, dan berusahan mempelajarinya sampai semua itu terjawab dan jawabannya menjadi puas. Kebutuhan rasa ingin tahu itulah mendorong manusia untuk mempelajari segala sesuatu dalam hidupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara Tanya jawab, diskusi, musyawarah dan lain-lain.
7.      Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah
Peserta didik perlu dilatih untuk memecahkan masalah agar ia berhasil dalam kehidupannya. Hal ini dengan cara berdiskusi.
8.      Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu dan teknologi
Peserta didik perlu mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini. Supaya anak tidak asing dengan perkembangan ilmu dan teknologi, oleh karena itu guru hendaknya mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan teknologi.[14]
            Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam psikologi belajar atau dalam pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran yaitu (1) Perbedaan minat, dan perhatian. Yaitu peserta didik memiliki perbedaan dalam minat dan perhatian, (2) Perbedaan cara belajar. Yaitu setiap anak memiliki perbedaan dalam hal cara belajarnya, seperti cara belajar somatik (gerak tubuh), auditif (pendengaran), visual (penglihatan), dan intelektual (logika), (3) Perbedaan keceradasan. Yaitu setiap anak memiliki perbedaan dalam kecerdasan. Seperti cerdas dalam hal perhitungan, olahraga, alam, musik, dan lain-lain, (4) Belajar dengan melakukan. Yaitu mengajak anak untuk aktif dalam pembelajaran dan mandiri. Misalnya melaksanakan sholat, melakukan pembersihan tempat sholat, berwuduk dan lain-lain, (5) Mengembangkan kemampuan sosial. Yaitu dalam pembelajaran guru harus mencari cara agar anak dapat berinteraksi dengan teman dan gurunya melalui diskusi dan Tanya jawab, (6) Mengembangkan keingintahuan. Yaitu guru harus mengembangkan rasa ingin tahu anak terhadap ilmu melalui diskusi, Tanya jawab, study tour dan sebagainya, (7) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Yaitu guru harus melatih anak didiknya untuk memecahkan masalah agar dia mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya, (8) Mengembangkan kemampuan  menggunakan ilmu dan teknologi. Yaitu guru perlu mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi kepada anak seperti internet, radio, televise dan sebagainya.
F. Metode Penelitian Psikologi Belajar PAI
            Ada beberapa metode riset yang sudah lazim digunakan dalam psikologi, yaitu sebagai berikut :
1.        Metode Eksperimen
            Metode eksperimen adalah untuk mengetes keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku manusia dalam situasi atau kondisi tertentu. Dengan kata lain, eksperimen dilakukan dengan anggapan bahwa semua situasi atau kondisi dapat dikontrol dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari observasi yang dikontrol. Melalui usaha eksperimen demi eksperimen, kemudian kebenaran-kebenaran psikologis yang semula didasarkan atas terkaan, pemikiran dan perenungan, kini didasarkan atas percobaan-percobaan.
            Untuk mendukung pelaksanaan eksperimen, paling tidak menggunakan dua kelompok yang diperbandingkan. Kelompok pertama sebagai kelompok “kontrol,” dan kelompok kedua sebagai kelompok “eksperimen”. Fungsi kelompok kontrol adalah untuk mengecek pengaruh dari faktor eksperimen atau variable independent; dan kelompok kontrol tersebut sedapat mungkin diusahakan sama dengan kelompok eksperimen.
            Lewat metode eksperimen banyak aspek belajar dapat diteliti dengan baik, yang hasilnya dapat disumbangkan bagi kelancaran proses interaksi edukatif di kelas. Misalnya meneliti tentang keefektifan komparatif dari metode-metode mengajar yang berbeda (seperti metode diskusi versus metode ceramah) untuk mempelajari informasi yang factual.
2.        Metode Observasi
            Metode observasi adalah metode untuk mempelajari gejala kejiwaan melalui pengamatan dengan sengaja, teliti, sistematis. Metode observasi terbagi menjadi dua : pertama, metode introspeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan meninjau gejala-gejala jiwa sendiri secara sengaja, teliti, dan sistematis. Kedua, metode ekstrospeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa orang lain dengan sistematis. Atau metode yang dilakukan dengan sengaja oleh satu atau lebih dari seorang.
            Melalui penerapan metode ini laporan-laporan yang ditulis akan dapat menghasilkan informal yang objektif, lebih-lebih yang dilakukan oleh orang yang terlatih, terampil, dan yang berpengalaman. Studi observasi telah banyak dilakukan terhadap hubungan sosial yang diperlihatkan oleh anak-anak pada taman kanak-kanak dan dalam situasi permainan bebas.
3.        Metode Genetik
            Metode ini juga disebut metode perkembangan, merupakan teknik observasi yang digunakan masa pertumbuhan mental dan fisik anak dan juga hubungannnya dengan anak-anak lain dan orang-orang dewasa, yakni perkembangan sosialnya, kemudian dicatat dengan cermat. Pendekatannya bisa menempuh satu atau dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan horizontal dan vertikal.  Pendekatan horizontal digunakan untuk memperoleh data. Misalnya, mengenai pertumbuhan kecerdasan, gerak, dan perasaan anak sejak lahir sampai masa tertentu. Sedangkan pendekatan vertikal digunakan untuk individu atau sekompok individu sejak lahir sejak lahir dan seterusnya.
4.        Metode Riwayat Hidup atau Klinis
            Metode riwayat hidup adalah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis olah orang lain.
            Lewat metode ini biasanya penerapannya terbatas untuk mencoba memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yag benar-benar dihadapi pelajari. Tujuannya untuk mendiagnosis.
            Metode riwayat hidup memasukkan riwayat hidup masa lalu, status, dan keadaannya yang sekarang dari seorang individu, yang kemudian dapat digunakan oleh konselor untuk memberikan perbaikan. Oleh karena itu, studi kasus yang disusun dengan hati-hati, sudah  tentu akan memasukkan data mengenai latar belakang keluarga dan sosial, kesehatan jasmani dan perkembangan emosi, serta pengalaman pendidikannya. Termasuk pula minat, hobi, emosi, dan kegiatan individu di masa sekarang, yang semuanya relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Data dimaksud bisa diperoleh lewat wawancara atau angket. Kemudian haruslah dianalisis yang diarahkan kepada diagnosis dan perbaikan.
5.        Metode Tes
            Tes adalah suatu alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran-gambaran tentang kejiwaan seseorang atau kelompok.
            Tes merupakan instrumen riset yang penting dalam psikologi masa sekarang. Ia digunakan untuk mengukur semua jenis kemampuan, minat, bakat, prestasi, sikap, dan ciri kepribadian. Pada pokoknya suatu tes mengemukakan suatu situasi yang seragama pada sekolompok orang yang berbeda-beda pada aspek-apke yang yang relevan dengan situasi tersebut.[15]
            Itulah metode-metode yang digunakan dalam psikologi belajar untuk meniliti dan menelaah permasalahan yang terjadi dalam belajar. namun, masih banyak metode-metode lainnya. Metode-metode tersebut digunakan mencari permasalahan dan memberikan perbaikan agar terjadi proses pembelajaran yang baik dan sebagai timbal balik antara masalah dengan solusi. Metode-metode tersebut masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga tidak ada yang paling diunggulkan dari metode tersebut. Metode tersebut akan baik jika disesuai dengan apa yang ingin diteliti.






KESIMPULAN


ü  Psikologi belajar adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah dalam belajar serta teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama bagaimana cara belajar atau melakukan pembelajaran.
ü  Kajian/ruang lingkup psikologi belajar adalah tentang belajar, proses belajar, dan situasi belajar atau semua hal yang berkaitan dengan belajar.
ü  Tujuan psikologi belajar adalah meneliti dan menelaah tentang belajar dan permasalahannya. Hal ini digunakan untuk memperbaiki permasalahan murid dalam bidang belajar. psikologi belajar bertujuan memberikan wawasan kepada guru mengenai karakter muridnya serta bagaimana cara muridnya belajar. hal ini penting karena untuk kebaikan dan memberikan manfaat dalam pembelajaran.
ü  Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mencakup keselurahan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada anak didik agar menjadi modal nilai dan menjadi prinsip dalam kehidupannya. Dengan modal tersebut mereka dapat menyadari nilai kebenaran, etika, estetika. Dengan nilai tersebut, tindakan anak didik menjadi terkontrol karena melalui pertimbangan nilai yang matang.
ü  Prinsip-prinsip psikologi dalam pembelajaran yaitu (1) Perbedaan minat, dan perhatian, (2) Perbedaan cara belajar, (3) Perbedaan keceradasan, (4) Belajar dengan melakukan, (5) Mengembangkan kemampuan sosial, (6) Mengembangkan keingintahuan, (7) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, (8) Mengembangkan kemampuan  menggunakan ilmu dan teknologi.
ü  Metode penelitian yang digunakan dalam psikologi belajar adalah metode eksperimen, tes, klinis, observasi, genetik dan lain-lainnya.




DAFTAR PUSTAKA

            Ahmad, Marimba D. 1986. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Al-Ma’arif : Jakarta

            Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta : Jakarta

            Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Melalui Pendekatan Sistem. Bumi Aksara : Jakarta.

            http://nurwahyudi.blogspot.com/2010/11/pengembangan-pembahasan-pendidikan.html
            Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Rajagrafindo Persada : Jakarta

            Kajian Konseptual Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pendidikan Islam dan Kaitannya dengan Pendidikan Umum. Pdf

            Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Rafah Press : Palembang

            Ramayulis. 2007. Psikologi Agama. Kalam Mulia : Jakarta

            -------------. 2009. Metodologi Pendidikan Agama Islam. Kalam Mulia : Jakarta

            Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Rajawali Grafindo Persada : Jakarta

            Wahab, Rohmalina Wahab. 2010. Psikologi Agama. Grafika Telindo : Palembang

            Zuhdiyah. 2009. Pendidikan Agama Islam. Universitas PGRI : Palembang


                [1] Rohmalina Wahab, Psikologi Agama (Grafika Telindo : Palembang, 2010) Hlm 1
                [2] Nyayu Khodijah, Psikologi Belajar (Rafah Press : Palembang, 2006) Hlm 2
                [3] Jalaluddin, Psikologi Agama (Rajagrafindo Persada : Jakarta, 2010) Hlm 7
                [4] Ramayulis, Psikologi Agama (Kalam Mulia : Jakarta 2007) Hlm 5
                [5] Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Rineka Cipta : Jakarta, 2008) Hlm 2
                [6] Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Melalui Pendekatan Sistem (Bumi Aksara : Jakarta, 2002) Hlm 154
                [7] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Rajawali Grafindo Persada : Jakarta, 2010) Hlm 65
                [8] Saiful Bahri Djamarah, Hlm 3-4
                [9]  Marimba D. Ahmad,  Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Al-Ma’arif : Jakarta, 1986) Hlm 23
                [10] Zuhdiyah, Pendidikan Agama Islam (Palembang : Universitas PGRI, 2009) Hlm 6-7
                [11] Kajian Konseptual Integrasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pendidikan Islam dan Kaitannya dengan Pendidikan Umum. Pdf
                [12] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Kalam Mulia : Jakarta, 2009) Hlm 128-133
            [13] http://nurwahyudi.blogspot.com/2010/11/pengembangan-pembahasan-pendidikan.html
                [14] Ramayulis, Hlm 95-103
                [15] Saiful Bahri Djamarah, Hlm 4-8

Padjrin Dha Niess

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar