PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Belajar
Psikologi
belajar terdiri dari dua kalimat, yaitu psikologi dan belajar. Kedua
kata ini masing-masing memiliki pengertian yang berbeda. Menurut bahasa
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata psyhe = jiwa, logos =
ilmu.[1] Menurut
Branca dalam bukunya psychology the science of behavior,
psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku.[2] Jadi,
psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejela-gejala jiwa yang
timbul dari tingkah laku manusia tersebut. Jiwa merupakan sesuatu yang bersifat
abstrak (tidak terlihat). Untuk mempelajari tentang jiwa yang bersifat abstrak
yaitu dengan cara melihat gejala-gejala yang timbul dari perbuatan atau tingkah
laku. Oleh karena itu psikologi dapat dikatakan sebagai disiplin ilmu yang
memiliki objek tersendiri yaitu jiwa.
Psikologi
secara umum mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia yang berkaitan dengan
kognisi, emosi, dan konasi. Gejala tersebut secara umum memiliki ciri-ciri yang
hampir sama pada diri manusia dewasa, normal, dan beradab. Dengan demikian
ketiga gejala pokok tersebut dapat diamati melalui sikap dan perilaku manusia.
Namun terkadang ada di antara pernyataan dalam aktivitas yang tampak itu
merupakan gejala campuran, sehingga para ahli psikologi menambahnya menjadi
empat gejala utama yang dipelajari psikologi, yaitu kognisi, emosi, kognisi dan
gejala campuran. Adapun yang termasuk gejala campuran ini seperti intelegensi,
kelelahan maupun sugesti.[3]
Psikologi juga mengkaji gejala-gejala jiwa yang berhubungan dengan tingkah
laku.[4]
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah suatu ilmu
pengetahuan yang mempelajari dan membahas tentang gejala-gejala jiwa dan
tingkah laku manusia sebagai gambaran dari gejala-gejala kejiwaannya. Sikap dan
tingkah laku adalah gejala yang dapat dilihat dan dapat dipelajari dari kondisi
jiwa yang abstrak.
Sedangkan
belajar itu sendiri secara sederhana dapat diberi definisi sebagai aktivitas
yang dilakukan individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa
yang telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan
sekitar. Aktivitas di sini dipahami sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga,
psikofisik, menuju perkembangan pribadi individu seutuhnya, yang menyangkut
unsur cipta (kognitif), rasa (afektif), dan
karsa (psikomotorik).
Perkembangan
daam arti belajar di sini dipahami sebagai “perubahan” yang relatif permanen
pada aspek psikologi. Individu yang berubah karena gila, mabuk, atau cedera,
bukanlah termasuk kategori belajar, walaupun mempengaruhi jiwanya untuk
sementara.[5]
Menurut
Oemar Hamalik, belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif mantap
berkat latihan dan pengalaman.[6]
Senada dengan Hintzman, belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi
dalam diri organism, manusia, dan hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat
mempengaruhi tingkah laku orgnisme tersebut.[7]
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah sebuah aktivitas jiwa
raga, menuju perubahan yang relatif permanen pada aspek psikologi yang
berkaitan dengan pengetahuan, perasaan, dan keterampilan. Pada hakikatnya
belajar adalah perubahan ke arah positif yang bersifat relatif permanen baik
ada guru atau tidak. Belajar dalam PAI merupakan proses pentransfer nilai atau learning
is transfer of value not knowledge.
Berdasarkan
pengertian psikologi dan belajar di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi
belajar adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah
dalam belajar serta teori-teori psikologi mengenai belajar, terutama bagaimana
cara belajar atau melakukan pembelajaran.
B. Ruang Lingkup Psikologi
Belajar
Psikologi
belajar sebagai disiplin ilmu yang merupakan cabang psikologi, yang kajiannya
dikhususkan pada masalah belajar, maka psikologi belajar memiliki ruang lingkup
di sekitar masalah belajar. Psikologi belajar memiliki ruang lingkup yang
secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga pokok bahasan, yaitu masalah
belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
Pokok
bahasan mengenai belajar : Teori-teori belajar; Prinsip-prinsip belajar; Hakikat
belajar; Jenis-jenis belajar; Aktivitas-aktivitas belajar; Teknik belajar
efektif; Karakteristik perubahan hasil belajar; Manifestasi perilaku belajar;
dan Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
Pokok
bahasan mengenai proses belajar : Tahapan perbuatan belajar;
Perubahan-perubahan jiwa yang terjadi selama belajar; Pengaruh pengalaman
belajar terhadap perilaku individu; pengaruh motivasi terhadap perilaku
belajar; Signifikasi perbedaan individual
dalam kecepatan memproses kesan dari keterbatasan individu dalam belajar; dan
Masalah proses lupa dan kemampuan individu memproses perolehannya melalui
transfer belajar.
Pokok
bahasan mengenai situasi belajar : Suasana dan keadaan lingkungan fisik, non
-fisik, sosial dan non-sosial.[8]
Dengan
demikian, yang menjadi kajian psikologi belajar adalah tentang
belajar, proses belajar, dan situasi belajar atau semua hal yang berkaitan
dengan belajar.
C. Tujuan Psikologi Belajar
Adapun
tujuan dari psikologi belajar adalah meneliti dan menelaah tentang belajar
dan permasalahannya. Hal ini digunakan untuk memperbaiki permasalahan murid
dalam bidang belajar. psikologi belajar bertujuan memberikan wawasan kepada
guru mengenai karakter muridnya serta bagaimana cara muridnya belajar. hal ini
penting karena untuk kebaikan dan memberikan manfaat dalam pembelajaran.
Selanjutnya
psikologi belajar juga bertujuan memberikan solusi atau perbaikan atas masalah
yang di hadapi murid dalam belajar, sehingga murid tidak kesulitan dalam
menerima transfer ilmu dari guru dan melakukan pembelajaran dengan
menyenangkan.
D. PAI Sebagai Pembelajaran
Nilai
Menurut
Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan kata lain, Beliau mengatakan
kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta
berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.[9]
Sedangkan
menurut Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui
ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak
didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya
secara menyeluruh, serta menjadi ajaran agama Islam sebagai suatu pandangan
hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun kelak di
akhirat.[10]
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan
rohani berdasarkan hukum-hukum Islam agar terbentuknya kepribadian Islam.
Dengan bimbingan tersebut anak dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan
ajaran-ajaran Islam secara menyeluruh. Hal itu dilakukan demi keselamatan di
dunia dan akhirat.
Menurut
Sumantri, pendidikan nilai merupakan proses bimbingan melalui suri tauladan
pendidikan yang berorientasi pada penanaman nilai-nilai kehidupan yang di
dalamnya mencakup nilai-nilai agama, budaya, etika, estetika menuju pembentukan
peserta didik yang memiliki kecedasan spiritual, pengendalian diri, kepribadian
yang utuh, berakhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat dan negara.
Sedangkan
menurut Mulyana, pendidikan nilai adalah pengajaran dan bimbingan kepada siswa
agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan, dan keindahan, melalui proses pertimbangan
nilai yang tepat dan pembiasaan
bertindak yang konsisten. Hakam menambahkan pendidikan nilai adalah
pendidikan yang mempertimbangkan objek dari sudut pandang moral yang meliputi
etika dan norma-norma yang meliputi estetika, etika. Sementara menurut Dahlan,
pendidikan nilai adalah suatu proses kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematis untuk melahirkan manusia yang memiliki komitmen kognitif, afektif,
dan pribadi yang berlandaskan nilai-nilai agama.[11]
Berdasarkan
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan nilai adalah
pendidikan yang mencakup keselurahan aspek sebagai pengajaran atau bimbingan
kepada anak didik agar menjadi modal nilai dan menjadi prinsip dalam
kehidupannya. Dengan modal tersebut mereka dapat menyadari nilai kebenaran, etika,
estetika. Dengan nilai tersebut, tindakan anak didik menjadi terkontrol karena
melalui pertimbangan nilai yang matang.
Di
era teknologi informasi, pembelajaran nilai merupakan hal yang penting untuk
dilakukan oleh dunia pendidikan kita. Selama ini dunia pendidikan kita
mengalami degradasi dalam hal moral hal tersebut diakibatkan oleh sedikitnya
transfer nilai dalam pembelajaran. Pendidikan kita lebih mengutamakan
pendidikan kognitif (pengetahuan). Salah satu indikasinya adalah
dilaksanakannya Ujian Nasional (UN). Seharusnya pendidikan kita berupaya
menyatuhkan semua ranah dalam pendidikan yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
Inilah
salah satu tugas dari pendidikan agama Islam yaitu untuk memperbaiki moral anak
didik. Dalam pembelajaran PAI harus dilakukan transfer nilai atau penanaman
nilai dalam pembelajaran. PAI sebagai pembelajaran nilai merupakan pengajaran
atau bimbingan kepada anak yang berorientasi pada penanaman nilai yang mencakup
nilai agama, etika, dan estetika menuju anak didik yang berkarakter spiritual,
berakhlak mulia.
Upaya
pengembangan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berorientasi pada
pendidikan nilai (afektif) pada dasrnya perlu mempertimbangkan tiga komponen
factor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah
sebagai berikut :
1.
Tahap -Tahap Perkembangan
Nilai Moral
Tahap
perkembangan nilai moral seseorang dapat di bedakan menjadi empat, yaitu :
a.
Usia 0-3 tahun (pra-moral).
Pada fase ini anak tidak mempunyai bekal pengertian tentang baik dan buruk tingkah
lakunya.
b.
Usia 3-6 (tahap egosentris).
Pada fase ini anak hanya mempunyai pikiran yang samara-samar dan umum tentang
aturan-aturan ia sering mengubah aturan untuk memuaskan kebutuhan pribadi.
c.
Usia 7-12 tahun (tahap heteronom).
Pada fase ini ditandai dengan suatu paksaan.
d.
Usia 12 tahun dan
seterusnya (tahap otonom). Pada fase ini seseorang mulai mengerti nilai-nilai
dan muali memakainya dengan cara sendiri. Moralitasnya ditandai dengan
kooperatif, bukan paksaan, interaksi dengan teman sebaya, diskusi, factor utama
dalam tahap ini adalah menghormati orang lain.
2.
Pengembangan Pembelajaran
PAI yang berorientasi pada nilai (Afektif)
Pengembangan
pembelajaran PAI sebenarnya lebih banyak menonjolkan aspek nilai, baik
ketuhanan maupun kemanusiaan, yang hendak ditanamkan dan atau ditumbuh
kembangkan ke dalam diri peserta didik sehingga dapat melekat pada dirinya dan
menjadi kepribadiannya.
Ada beberapa
strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran, yaitu :
a.
Pembelajaran nilai dengan menggunakan
Strategi Tradisional
Strategi
tradisional merupakan menggunakan metode yang lama seperti metode ceramah.
b.
Pembelajaran nilai dengan
menggunakan Strategi Bebas
c.
Pembelajaran nilai dengan
menggunakan Strategi Reflektif
Strategi reflektif
adalah membelajarkan nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep
secara umum tentang nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam
kasus-kasus kehidupan sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari
dikembalikan kepada konsep teoritiknya yang umum.
d.
Pembelajaran nilai dengan
menggunakan Strategi Transitern
Merupakan
menggunakan metode-metode yang berpindah-pindah atau bervariasi agar nilai
dapat ditanamkan dengan menggunakan berbagai metode.
Beberapa
pendekatan tertentu dalam pembelajaran PAI, yaitu :
a.
Pendekatan Pengalaman
Pendekatan
pengalaman adalah pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik dalam
rangka penanaman nilai-nilai keagamaan.
b.
Pendekatan Pembiasaan
Pendekatan
pembiasaan adalah memberikan kesempatan kepada peserta didik u tuk senantiasa
mengamalkan ajaran agamanya dan akhlak karimah.
c.
Pendekatan Emosional
Pendekatan
emosional adalah suatu pendekatan mempergunakan perasaan (hati) dalam memahami
dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
d.
Pendekatan Rasional
Pendekatan
rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam memahami dan
menerima kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
e.
Pendekatan Fungsional
Pendekatan
fungsional adalah usaha memberi materi agama, menekankan kepada segi
kemanfaatan bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari sesuai tingkat
perkembangannya.
f.
Pendekatan Keteladanan.
Pendelatan
keteladanan adalah menyuguhkan ketaladan, baik yang langsung melalui penciptaan
kondisi pergaulan yang akrab antar personal sekolah, perilaku pendidik dan
tenaga pendidik yang mencerminkan akhlak terpuji, maupun baik melalui
ilustrasi.[12]
Metode-metode
pembelajaran PAI yang berorientasi pada nilai :
a.
Metode Dogmatik, adalah
metode untuk menghjarkan nilai kepada peserta didik dengan jalan menyajikan
nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus diterima apa adanya tanpa
mempersoalkan hakikat kebaikan dan kebenaran itu sendiri.
b.
Metode Deduktif, adalah
cara menyajikan nilai-nilai kebenaran (Ketuhanan dan Kemanusiaan) dengan jalan
menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta didik.
c.
Metode Induktif, adalah
sebagai kebalikan dari metode dari metode deduktif, yakni dalam membelajarkan
nilai dimulai dengan mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari,
kemudian ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada
dalam kehidupan tersebut.
d.
Metode Reflektif, merupakan
gabungan dari penggunaan metode deduktif dan induktif, yakni membelajarkan
nilai dengan jalan mondar-mandir antara memberikan konsep secara umum tentang
nilai-nilai kebenaran, kemudian melihatnya dalam kasus-kasus kehidupan
sehari-hari, atau dari melihat kasus-kasus sehari-hari dikembalikan kepada
konsep teoritiknya yang umum.
Prosedur
penggunaan teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut:
1. Teknik Indoktrinasi. Melalui beberapa tahap, yaitu :
a.
Tahap Brainwashing,
yaitu merusak tata nilai yang sudah
mapan dalam pribadi siswa.
b.
Tahap menanamkan Fanatisme.
c.
Tahap penenaman doktrin.
2. Teknik Moral Reasoning. Dilakukan dengan jalan :
a.
Penyajian dilema moral.
b.
Pembagian kelompok diskusi
setelah disajikan problematic dilema moral tersebut.
c.
Hasil diskusi kelompok
selanjutnya dibawa dalam diskusi kelas dengan tujuan untuk mengadakan
klarifikasi nilai, membuat alternative dan konsekuensinya.
d.
Setelah siswa mendiskusikan
secara insentif dan melakukan seleksi nilai yang terpilih sesuai dengan
alternative yang diajukan, selanjutnya siswa mengorganisasi nilai-nilai
terpilih tersebut dalam dirinya.
3. Teknik Meramalkan Konsekuensi. Langkah-langkahnya :
a.
Siswa diberikan suatu
melalui cerita, membaca majalah, melihat film, atau melihat kejadian konkret
dilapangan,
b.
Siswa diberikan beberapa
pertanyaan yangberhubungan dengan nilai-nilai yang ia lihat, ketahui dan
rasakan.
c.
Upaya membandingkan
nilai-nilai yang terdapat dalam kasus itu dengan nilai lain yang bersifat Kontradiktif.
d.
Kemampuan meramalkan
konsekuensi yang akan terjadi dari pemilihan dan penerapan suatu tata nilai
tertentu.
4. Teknik Klarifikasi. Dapat ditempuh dengan tiga tahap, yaitu:
a.
Tahap pemberian contoh.
Pada tahap ini
guru memperkenalkan kepada siswa nilai-nilai yang baik dan memberikan contoh
penerapannya.
b.
Tahap mengenal kelebihan
dan kekurangan nilai yang telah diketahui oleh siswa lewat contoh-contoh
tersebut diatas.
c.
Tahap mengorganisasikan
tata nilai pada siswa. [13]
Hal-hal di
atas merupakan upaya PAI dalam menanamkan nilai dalam pembelajaran. Dengan cara
menggunakan metode, strategi, dan pendekatan yang dapat menanamkan tentang
nilai.
E. Prinsip-prinsip Psikologi
Belajar PAI
Proses
pembelajaran dalam pendidikan Islam selalu memperhatikan perbedaan individu peserta
didik serta menghormati harkat, martabat dan kebebasan berpikir mengeluarkan
pendapat dan menetapkan pendiriannya, sehingga bagi murid belajar merupakan hal
yang menyenangkan dan mendorong perkembangan kepribadiannya secara optimal.
Adapun
prinsip-prinsip dalam pembelajaran PAI adalah sebagai berikut :
1.
Perbedaan minat, dan
perhatian.
Menurut Crow dan
Crow, minat merupakan sebagai kekuatan pendorong yang menyebabkan
individu memberikan perhatian kepada seseorang, atau kepada aktifitas-aktifitas
tertentu. Untuk itu dalam kegiatan pembelajaran kalau bahan pelajaran diambil
dari pusat-pusat minat murid, dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul
sehingga belajar akan berlangsung dengan baik.
Sedangkan
perhatian salah satu faktor psikologis yang dapat membantu terjadinya interaksi
dalam proses pembelajaran. Kondisi ini dapat terbentuk melalui dua hal
yaitu pertama, yang timbul secara
instrinsik dan yang kedua, melalui bahan pelajaran.
2.
Perbedaan cara belajar
Cara belajar anak
didikk dapat dikategorikan ke dalam empat cara, yaitu : (1) Cara belajar
somatic, adalah yang lebih menekankan pada aspek gerak tubuh atau belajar
dengan melakukan, (2) Cara belajar auditif, adalah cara belajar yang lebih
menekankan pada aspek pendengaran, (3) Cara belajar visual, adlah cara belajar
yang lebih menekankan pada aspek gambar atau penglihatan, (4) Cara belajar
intelektual, adalah cara belajar yang lebih menekankan pada aspek penalaran
atau logika.
3.
Perbedaan kecerdasan
Peserta didik
mempunyai kecerdasan yang berbeda. Kecerdasan yang dimaksud adalah : kecerdasan
linguistik, logis-matematis, spasial, musikal, kinestetis-jasmani,
interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Agar semua kecerdasan dapat
dikembangkan maka proses pembelajaran hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga
memungkinkan setiap potensi kecerdasan yang dimiliki peserta didik tersebut
berkembang dengan baik. Dalam pendidikan Islam
diutamakkan adalah kecerdasan spritual dan emosional.
4.
Belajar dengan melakukan
Pendidikan modern
menekankan pada kegiatan anak dalam proses pembelajaran. Anak aktif mencari
sendiri dan bekerja sendiri. Dengan demikian anak akan lebih bertanggungjawab
dan berani mengmabil keputusan sehingga pengertian mengenai suatu persoalan
benar-benar mereka pahami dengan baik.
Dalam pendidikan
Islam, misalnya, pada pelajaran ibadah sholat, sifat, anak yang suka bergerak
perlu dipergunakan baik-baik dengan dramatisasi, dramaswisata ke tempat
peribadahan, bersama-sama membersihkan tempat sholat dan lain-lain.
5.
Mengembangkan kemampuan sosial
Kegiatan
pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kemampuan individual secaa internal,
melainkan juga mengasah kemampuan peserta didik untuk membangun hubungan dengan
pihak lain. Melalui interaksi dengan teman atau dengan guru. Seperti, diskusi, saling bertanya, dan saling
menjelaskan.
6.
Mengembangkan keingintahuan
Setiap manusia
tidak akan pernah diam manakala berhadapan dengan hal-hal yang baru. Manusia
bersifat peka, kritis, dan kreatif terhadap yang baru, dan berusahan
mempelajarinya sampai semua itu terjawab dan jawabannya menjadi puas. Kebutuhan
rasa ingin tahu itulah mendorong manusia untuk mempelajari segala sesuatu dalam
hidupnya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara Tanya jawab, diskusi, musyawarah
dan lain-lain.
7.
Mengembangkan keterampilan
pemecahan masalah
Peserta didik
perlu dilatih untuk memecahkan masalah agar ia berhasil dalam kehidupannya. Hal
ini dengan cara berdiskusi.
8.
Mengembangkan kemampuan
menggunakan ilmu dan teknologi
Peserta didik perlu
mengenal penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini. Supaya anak
tidak asing dengan perkembangan ilmu dan teknologi, oleh karena itu guru
hendaknya mengaitkan materi yang disampaikan dengan kemajuan ilmu dan
teknologi.[14]
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam psikologi belajar atau dalam
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pembelajaran yaitu (1)
Perbedaan minat, dan perhatian. Yaitu peserta didik memiliki perbedaan dalam
minat dan perhatian, (2) Perbedaan cara belajar. Yaitu setiap anak memiliki
perbedaan dalam hal cara belajarnya, seperti cara belajar somatik (gerak
tubuh), auditif (pendengaran), visual (penglihatan), dan intelektual (logika),
(3) Perbedaan keceradasan. Yaitu setiap anak memiliki perbedaan dalam
kecerdasan. Seperti cerdas dalam hal perhitungan, olahraga, alam, musik, dan
lain-lain, (4) Belajar dengan melakukan. Yaitu mengajak anak untuk aktif dalam
pembelajaran dan mandiri. Misalnya melaksanakan sholat, melakukan pembersihan
tempat sholat, berwuduk dan lain-lain, (5) Mengembangkan kemampuan sosial.
Yaitu dalam pembelajaran guru harus mencari cara agar anak dapat berinteraksi
dengan teman dan gurunya melalui diskusi dan Tanya jawab, (6) Mengembangkan
keingintahuan. Yaitu guru harus mengembangkan rasa ingin tahu anak terhadap
ilmu melalui diskusi, Tanya jawab, study tour dan sebagainya, (7) Mengembangkan
keterampilan pemecahan masalah. Yaitu guru harus melatih anak didiknya untuk
memecahkan masalah agar dia mampu memecahkan masalah dalam kehidupannya, (8)
Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu
dan teknologi. Yaitu guru perlu mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi kepada
anak seperti internet, radio, televise dan sebagainya.
F. Metode Penelitian Psikologi
Belajar PAI
Ada
beberapa metode riset yang sudah lazim digunakan dalam psikologi, yaitu sebagai
berikut :
1.
Metode Eksperimen
Metode
eksperimen adalah untuk mengetes keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku
manusia dalam situasi atau kondisi tertentu. Dengan kata lain, eksperimen
dilakukan dengan anggapan bahwa semua situasi atau kondisi dapat dikontrol
dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari observasi yang dikontrol. Melalui
usaha eksperimen demi eksperimen, kemudian kebenaran-kebenaran psikologis yang
semula didasarkan atas terkaan, pemikiran dan perenungan, kini didasarkan atas percobaan-percobaan.
Untuk
mendukung pelaksanaan eksperimen, paling tidak menggunakan dua kelompok yang
diperbandingkan. Kelompok pertama sebagai kelompok “kontrol,” dan kelompok
kedua sebagai kelompok “eksperimen”. Fungsi kelompok kontrol adalah untuk mengecek
pengaruh dari faktor eksperimen atau variable independent; dan kelompok kontrol
tersebut sedapat mungkin diusahakan sama dengan kelompok eksperimen.
Lewat metode
eksperimen banyak aspek belajar dapat diteliti dengan baik, yang hasilnya dapat
disumbangkan bagi kelancaran proses interaksi edukatif di kelas. Misalnya
meneliti tentang keefektifan komparatif dari metode-metode mengajar yang
berbeda (seperti metode diskusi versus metode ceramah) untuk mempelajari
informasi yang factual.
2.
Metode Observasi
Metode
observasi adalah metode untuk mempelajari gejala kejiwaan melalui pengamatan
dengan sengaja, teliti, sistematis. Metode observasi terbagi menjadi dua : pertama,
metode introspeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan
dengan jalan meninjau gejala-gejala jiwa sendiri secara sengaja, teliti, dan
sistematis. Kedua, metode ekstrospeksi yaitu metode untuk mempelajari
gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa orang
lain dengan sistematis. Atau metode yang dilakukan dengan sengaja oleh satu
atau lebih dari seorang.
Melalui
penerapan metode ini laporan-laporan yang ditulis akan dapat menghasilkan
informal yang objektif, lebih-lebih yang dilakukan oleh orang yang terlatih,
terampil, dan yang berpengalaman. Studi observasi telah banyak dilakukan
terhadap hubungan sosial yang diperlihatkan oleh anak-anak pada taman
kanak-kanak dan dalam situasi permainan bebas.
3.
Metode Genetik
Metode ini
juga disebut metode perkembangan, merupakan teknik observasi yang digunakan masa
pertumbuhan mental dan fisik anak dan juga hubungannnya dengan anak-anak lain
dan orang-orang dewasa, yakni perkembangan sosialnya, kemudian dicatat dengan
cermat. Pendekatannya bisa menempuh satu atau dua pendekatan sekaligus, yaitu
pendekatan horizontal dan vertikal.
Pendekatan horizontal digunakan untuk memperoleh data. Misalnya,
mengenai pertumbuhan kecerdasan, gerak, dan perasaan anak sejak lahir sampai
masa tertentu. Sedangkan pendekatan vertikal digunakan untuk individu atau
sekompok individu sejak lahir sejak lahir dan seterusnya.
4.
Metode Riwayat Hidup atau
Klinis
Metode
riwayat hidup adalah metode untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dengan
jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri
maupun yang ditulis olah orang lain.
Lewat metode
ini biasanya penerapannya terbatas untuk mencoba memecahkan kesulitan-kesulitan
belajar yag benar-benar dihadapi pelajari. Tujuannya untuk mendiagnosis.
Metode
riwayat hidup memasukkan riwayat hidup masa lalu, status, dan keadaannya yang
sekarang dari seorang individu, yang kemudian dapat digunakan oleh konselor
untuk memberikan perbaikan. Oleh karena itu, studi kasus yang disusun dengan
hati-hati, sudah tentu akan memasukkan
data mengenai latar belakang keluarga dan sosial, kesehatan jasmani dan
perkembangan emosi, serta pengalaman pendidikannya. Termasuk pula minat, hobi,
emosi, dan kegiatan individu di masa sekarang, yang semuanya relevan dengan
masalah yang hendak dipecahkan. Data dimaksud bisa diperoleh lewat wawancara
atau angket. Kemudian haruslah dianalisis yang diarahkan kepada diagnosis dan
perbaikan.
5.
Metode Tes
Tes
adalah suatu alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaan yang harus
dijawab atau perintah-perintah yang dikerjakan, untuk mendapatkan
gambaran-gambaran tentang kejiwaan seseorang atau kelompok.
Tes
merupakan instrumen riset yang penting dalam psikologi masa sekarang. Ia
digunakan untuk mengukur semua jenis kemampuan, minat, bakat, prestasi, sikap,
dan ciri kepribadian. Pada pokoknya suatu tes mengemukakan suatu situasi yang
seragama pada sekolompok orang yang berbeda-beda pada aspek-apke yang yang
relevan dengan situasi tersebut.[15]
Itulah
metode-metode yang digunakan dalam psikologi belajar untuk meniliti dan
menelaah permasalahan yang terjadi dalam belajar. namun, masih banyak
metode-metode lainnya. Metode-metode tersebut digunakan mencari permasalahan
dan memberikan perbaikan agar terjadi proses pembelajaran yang baik dan sebagai
timbal balik antara masalah dengan solusi. Metode-metode tersebut masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga tidak ada yang paling diunggulkan
dari metode tersebut. Metode tersebut akan baik jika disesuai dengan apa yang
ingin diteliti.
KESIMPULAN
ü Psikologi belajar adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari
tentang masalah-masalah dalam belajar serta teori-teori psikologi mengenai
belajar, terutama bagaimana cara belajar atau melakukan pembelajaran.
ü
Kajian/ruang lingkup
psikologi belajar adalah tentang belajar, proses belajar, dan situasi belajar
atau semua hal yang berkaitan dengan belajar.
ü Tujuan psikologi belajar adalah meneliti dan menelaah tentang
belajar dan permasalahannya. Hal ini digunakan untuk memperbaiki permasalahan
murid dalam bidang belajar. psikologi belajar bertujuan memberikan wawasan kepada
guru mengenai karakter muridnya serta bagaimana cara muridnya belajar. hal ini
penting karena untuk kebaikan dan memberikan manfaat dalam pembelajaran.
ü Pendidikan nilai adalah pendidikan yang mencakup keselurahan
aspek sebagai pengajaran atau bimbingan kepada anak didik agar menjadi modal
nilai dan menjadi prinsip dalam kehidupannya. Dengan modal tersebut mereka
dapat menyadari nilai kebenaran, etika, estetika. Dengan nilai tersebut,
tindakan anak didik menjadi terkontrol karena melalui pertimbangan nilai yang
matang.
ü Prinsip-prinsip psikologi dalam pembelajaran yaitu (1) Perbedaan
minat, dan perhatian, (2) Perbedaan cara belajar, (3) Perbedaan keceradasan,
(4) Belajar dengan melakukan, (5) Mengembangkan kemampuan sosial, (6)
Mengembangkan keingintahuan, (7) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,
(8) Mengembangkan kemampuan menggunakan
ilmu dan teknologi.
ü Metode penelitian yang digunakan dalam psikologi belajar adalah
metode eksperimen, tes, klinis, observasi, genetik dan lain-lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Marimba D. 1986. Pengantar Filsafat Pendidikan
Islam. Al-Ma’arif : Jakarta
Djamarah, Saiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Rineka
Cipta : Jakarta
Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Melalui
Pendekatan Sistem. Bumi Aksara : Jakarta.
http://nurwahyudi.blogspot.com/2010/11/pengembangan-pembahasan-pendidikan.html
Jalaluddin. 2010. Psikologi Agama. Rajagrafindo
Persada : Jakarta
Kajian Konseptual Integrasi Pendidikan Nilai dalam
Pembelajaran Pendidikan Islam dan Kaitannya dengan Pendidikan Umum. Pdf
Khodijah, Nyayu. 2006. Psikologi Belajar. Rafah
Press : Palembang
Ramayulis. 2007. Psikologi Agama. Kalam Mulia :
Jakarta
-------------. 2009. Metodologi Pendidikan Agama Islam.
Kalam Mulia : Jakarta
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Rajawali
Grafindo Persada : Jakarta
Wahab, Rohmalina Wahab. 2010. Psikologi Agama. Grafika
Telindo : Palembang
Zuhdiyah. 2009. Pendidikan Agama Islam.
Universitas PGRI : Palembang
0 komentar:
Posting Komentar